Lanjutan..!!! 3
Di bulan puasa (fasting month) awal kisah spiritual keilmua itu di mulai, puasa pertama
yang saya jalani di negeri prantauaan yakni ibu kota Provinsi sulawesi selatan tepatnya
di Makassar, dan begitu pula dengan hari-hari berikutnya, tak terasa pada saat itu
telah tiba di hari ke-sepuluh pada bulan ramadhan, tak terasa yaahha.. !!!! kata
tersebut terucap sendirinya ketika dengan gerakan spontan menatap kelender pada HP mini saya, yang tertuliskan made in
china, iyaaa memang tak terasa karena
tepat pada bulan Puasa itu pulalah Pesta Piala dunia di selenggarahkan (world Cup) dan juga bertepatan dengan
masa kampanye Presiden dan Wapres sehingga waktu terasa singkat dengan heporia
pemeberitaannya, bagaimana tidak dengan
hiporianya di seluruh media eletronik, cetak dan terasa media Sosial tiap waktu sehingga semua mata di
ahlihkan pandangannya oleh pemberitaan-pemberitaan seputar piala dunia dan
kampanyae Capres dan Cawapres, tak terkecuali di indonesia kabar seputar piala
dunia dan kampanye merupakan konsumsi sehari-hari tetapi untuk Kampanye itu
sendiri karena berlangsung selama sebulan lebih dan hanya ada dua pasang kandidat
capres dan cawapres sehingga dipenuhi
dengan ketegangan dan perang urat saraf, dimana deklarasi-deklarasi pemenagan dan relawan untuk setiap pasangan calon
presiden tersebut menjadi
perbincangan hangat di seluruh media elektronik,cetak dan begitupun di medai
sosial di tambah lagi denga janis-jenis
kampanya yang beragam dari kampanye Kreatif (kreative
campain) dengan melibatkan
simpatisan dan relawan samapi dengan kampanye hitam (black kampein) dan kampanye nagative (negative campain) sehingga bulan beribadahpun terus berjalan tanpa
sadar dan tetap dalam kendali alam bawah sadar, bagaimana tidak di malam hari seharusnya di habiskan dengan membaca Al-qur’an
dan beribadah dan Sholat tarwih malah di sibukkan dengan menyaksiakan kabar dan informasi seputar Pemilu dan kampanya pilpres di media
dan pada waktu dini harinya di sibukkan
dengan Nonton piala dunia yang setiap
dini hari di putar di stasiun TV swasta, sehinga waktu untuk beristirahat yang semestinya pada
malam hari , diganti dengan beristrahat pada siang harinya sehabis sholat Subuh hingga hampir memasuki
berbuka puasa hehehee.. itulah aktifitas yang memang taknormal apalagi pada
bulan dimana para ummat muslim di dunia Sibuk dengan Beribadah sebanyak mungkin
untuk menghapus dosa yang telah lalu dan pada saatnya akan kembali Fitrah, ....
Dan tepat pada hari itu
pula saya memutuskan untuk pulang kekampung halaman yang tercinta untuk
berkumpul dan menikmati susana-suasana berpuasa bersama keluarga.. dimana
ritual seperti sahur dan berbuka puasa bersama adalah merupakan ritual yang
sangan saya rindukan ketika datangnya Bulan Puasa, dan dengan menaiki bus antar
kota pada saat itu perjalanan antar kotapun dimulai kira-kira semalaman dan
membutuhkan waktu 9 jam lamanya
waktu yang harus saya tempu dari
kota Makassar sampai kekampung halaman
saya Masamba yang terletrak di sebelah Utara kawasan Luwu Raya yang Dulunya
merupakan kawasan Kerajaan Luwu, setibahnya di kampung halaman karena pada hari
itu adalah merupakan hari Pemilihan Umum (Pemilu) Capres dan Cawapres
maka dengan tanpa beristirahat kira-kira jam Delapan pagi saya berangkat ke
TPS yang tidak terlalu jauh jaraknya dengan rumah saya dan dapat di tempu dengan berjalan kaki saja,
dengan tujuan Memberi hak suara saya kepada Pilihan saya yang akan Memimpin
Indonesia Lima tahun Kedepannya.
Pada malam harinya
Wisata keilmuanpun dimulai berawal dari perjumpaanku dengan kawan lama atau teman
seperjungan ketika menempuh pendidikan di SMA dan juga masih memiliki hubungan kekeluargaan,
yang pada saat itu Alhamdulillah telah matang dalam Membina rumah tangga (kepala
rumah tangga), perdiskusianpun berawal dengan saling menanyakan kabar, di
lanjutkan dengan menceritakan pengalaman hidup selama kurang lebih Dua tahun lamanya dan pada saat itu baru sempat
bertemu kembali, setelah kira-kira tiga jam berbincang seputar pengalam kami
masing-masing tiba-tiba Sosok tua yang
merupakan ayah handa teman saya itu datang
dan dengan memotong pembicaraan dengan mengucap sapaan hangat, dan dilanjutkan
dengan pertanyaan mengenai seputar Pemilihan Presiden yang di laksanakan
pada siang hari tadi.. dengan rasa
kepercayaan diri saya, karena menjagokan
salah satu Capres, maka sayapun menjawab memilih salah satu kandidat tersebut Sebut saja si Capres J dengan penuh keyakinan ..
lalu sosok tua itu kembali melanjutkan pertanyaanya mengenai alasan mengapa
kamu memilihnya..? dengan menjawab penuh
dengan percaya diri maka saya jelaskan semua pengalam si Capres J itu dalam
pemerintahan, track rekor dan kebaikan-kebaikan yang dia miliki, dan membandingkannya
dengan presiden yang menjadi lawannya
ketika itu sebut saja si Capres P.. sayapun menjelaskan dengan penuh
perbandingan-perbandingan yang tentunya sesuai dengan apa yang saya ketahui
mengenai ke dua kandidat Presiden tersebut,
setelah dengan panjang lebar saya menjelaskan lalu dengan wajah yang
menampakkan rasa yang penuh dengan pemahaman maka sosok tua itu menceritakan
beberapa perspektif atau sudut pandang
penilaian dalam memelilih suatu presiden atau kepala negara, dengan tanpa
pandangan yang negative terhadap kedua kandidat tersebut, tetapi dengan hanya
memberikan sedikit analogi Rasional dalam menentukan suatu Pilihan dan dengan
mempertimbangkannya sehingga Pilihannya jatuh kepada Calon persiden P, dan inti dari alasannya
memilih capres tersebut ialah bahwa indonesia harus kuat di bidang pertahan dan
harus memiliki pertahanan yang canggi dan kuat dan karena melihat background
presiden pilihannya tersebut adalah Militer maka ia percaya bahwa indonesia
akan kuat ketika capres P yang akan menjadi Presidennya, karena pilihan kami
berbeda maka perdiskuasian berlanjut lebih jauh dengan saling melempar pertanyaaan terhadap
alsa-alasan dan penjelasan yang lebih rasional lagi mengapa menjatuhkan pada capres
pilihan kami masing-masing baik dalam latar belakang pendidikan (
educational background), pengalaman (eksperian)
tack rekor dalam kepemimpinan dan pemerintahan dan lain-lain, perdiskusianpun
terus berlanjut dimana sosok tua itu dalam menjelaskan dengan sudut pandang
yang berbeda begitupun saya penuh dengan perspektif dan sudut pandang yang
berbed pula, walaupun demikian tidak adapun dalam perdiskusian tersebut usaha atau keinginan untuk saling menjatuhkan
argument maupun menjatuhkan mental lawan bicara yang ada hanyalah diskusi yang
sehat dengan saling bertukar pikiran di sertai dengan teori dan contoh-contoh
real, berdasarka dengan kondisi indonesia dan dunia sekarang ini, kira-kira
tiga jam lamanya berdiskusi seputar Capres dan Cawapres tak terasa perdiskusian
telah diluar dari jalur (talk out the
box) tetapi menurut saya sekarang memang waktunya untuk berdiskusi lebih lepas
bercerita tentang pengalaman, keindonesiaan dan menentukan pemimpin indonesia
yang sesuai dengan kondisi dan konteks indonesia di zaman sekarang ini, pembicaraan di awali ketika sosok tua tersebut menceritakan kegelisahannya terhadap kondisi indonesai dan
oknum-oknum pemerintahan di zaman sekarang ini yang belum bisa mensejahtrakan
rakyat baik dari segi ekonomi, pendidikan, taraf hidup, kualitas hidup dan lain-lain, dan
ketika dia bandingkan dengan negara-negara tetangga kita seperti Malaisya,
brunei, dan singapur, bagaimana tidak indonesia sebagai negara kaya dengan
sumber daya alam (natural resorces) yang berlimpah di negera kepulauan ini, tetapi di lain sisi kesejahtraan penduduknya
masi jauh dari kata Maju (undevloped)
sehingga dengan kegelisahan-kegelisahan
seperti itu sosok tua itu berpendapat indonesia harus di pimpin oleh pemimpin
yang bisa memajuhkan masyarak dan rakyat indonesia dari berbagai
aspek, seperti di bidang ekonomi, pendidikan, kualitas hidup, kesehatan,
pertahanan dan lain-lain di mana pada saat ini masih penuh dengan tanda tanya
besar, sehingga sosok tua berharap yang memimpin indonesia ialah yang menurutnya mampu mewujudkan semuanya itu
tentunya untuk kesejahtraan rakyat
indonesia, setelah berbincang seputar masalah keindonesai lanjut dengan
berdiskusi masalah keislaman hingga kebidang tasawwuf, dia juga menceriakan kegelisahannya tentang kondisi kaum pelajar sekarang yang
mengalami degradasi seperti krisis moral dan krisis akhlak dimana kaum pemuda di zaman sekarang ini
tidak sesuai dengan fungsinya kepada masyarakat, seharusnya pemuda dan kaum
intelek memberikan pemehaman dan pembelajar buat masyarak bukan malah sibuk
dengan dunia keilmuaannya dan malah menyesatkan masyarakat, sosok tua itu berfikir
bahwa para pelajar dan kaum intelektual dan mahasiswa agar bersatu dengan saling
berdialog dan berdiskusi untuk membicakan masalah indonesai dan mencari soslusi
terbaik untuknya bukan malah saling serang dalam bidang pemikiran bahkan saling
serang dalam wilayah fisik sekalipun, karena menurutnya berilmu dasarnya ialah aktualisasi ilmu bukan hanya sekedar
teori di bangku sekolah dan universitas, dan gunakanlah ilmu untuk kepentingan
rakyat sesuai dengan kemampuan atau jurusan keilimuannya masing-masing. Terjun
kemasyarakat dan mengabdi untuk kemajuan rakyat memberikan pemahan dan pelatiha
keterampilan demi tujuan kesejahtraan rakyat, agar fungsi para pelajar atau
mahasiswa sebaga agen perubahan (Agen Of
Change), pengontrol sosial (Social Of
Control) dan perencana Sosial (Social
Plenty) dapat terealisasikan di masyarakat sesuai dengan bidang keahlian
dan kemampuannya untuk kesejahtraan seluruh rakyat indonesai tanpa terkecuali.
Memang menurut saya secara pribadi pemahaman dan
pengalamalan hasil pemahaman yang luar biasa oleh sosok tua itu, bagaimana tidak ketika kita lihat sosok itu dari sudut pandang materi, sosok tua itu
tidak nampak sedikitpun dengan kemewahan dan kemegahan akan tetapi sangat penuh
dengan kesederhanaan hidup, dan lain lagi ketika kita ingin membandingkan taraf
hidup dengan kemampuan dan pemehamannya mengenai ilmu dan aktualisasi ilmu itu
sendiri yang sangatlah jauh berbeda dengan masyarakat pada umumnya. apa lagi
ketika kita ingin membandingkan orang tua yang seussia denganya, baik dari
pemehaman hidupnya, pemahaman keilmuannya hingga pemahaman terhadap politik
praktis sekalipun, yang penuh dengan
ungkapan-ungkapan filosofis dalam menjelasakan bagian-bagiannya, mungkin semua
itu karena caranya memahami hidup beserta dengan pengalaman keilmuannya di perantauaan, bagai mana tidak kurang lebih 40 tahun merantau kenegeri
tetangga yakni malesya dengan beberapa pengalam kerja di lapangan atau
teknical di tambah lagi dengan sejarah pendidikan keagamaannya hingga
sampai pada tatanan tasawwauf kepada
para ulama dan kyai dan juga pendidikan formal ketika masih dalam situasi dan
masa perjuangan negara indonesia, maka
menurut saya dengan pengalaman itulah pemahaman keilmuan dan caranya menjalani hidup dan menatap kehidupan ,
serta juga usaha yang membuat dia tetap
pada keyakinannya dan pemahamannya dalam
menghadapi hidup, bagaimana cara pandangnya tentang
mencari nafkah dan bagaimana pandangannya memandang masalah dalam kehidupan
yang semuanya penuh dengan makna filosofis, dengan telah memberikan sudut
pandang yang berbeda dalam hidup dari berbagai aspek kehidupan seperti
memandang politik dan politician dengan persfektif yang berbeda dan menjelaskan sebuah teori serta contoh konkrit
yang mudah untuk kita pahami, semua itu
juga karena pengalaman hidup yang membuat sudut pandang beliau dalam melihat
segala fonomena yang terjadi Sangatlah berbeda dengan masyarakat kebanyakan (paradogsal) apalagi dengan umur yang
tak tak muda lagi dan dapat berfikir
layaknya pemudah yang lahir dalam generasi sekarang ini, di perdiskusian
seringkali saya merasa malu dengan ilmu dan pemahaman yang saya miliki yan belum ada apa-apanya dan telah
berani menampilkan keakuannya (kesombongan)
dalam berilmu dan berpengetahuan bukan malah merendahkan diri bahwa ilmu
yang kita miliki tidak akan perna ada
apa-apanya di banding sumber dari segala ilmu, mengakui kekecialan diri dan mengakui kebesaran sang pemilik ilmu.. itu
adalah pelajar yang sangat besar petik ketika berbicara tentang Ilmu dan
kebesaran ilmu yang takkan perna ada batasannya, bahwa tidak ada seorangpun
yang dapat mengklaim pemahaman tertingginya terhadap suatu ilmu tanpa restu
dari yang memiliki ilmu tersebut Allah Swt. Terima kasih untuk sosok tua itu
yang telah mengajari saya tentang apa berilmu
itu dan berpengetahuan itu dan apa inti atau subtansi dari semuanya,
mengajarkan untuk menilai dan melihat segala sesuatu dari berbagai sudut
pandang tidak berfokus pada satu sudut pandang saja, sehingga terkadang
menyesatkat dan terus-menerus berputar pada hal atau persoalan yang sama..
terimakasih banyak untuk sosok tua yang sederhana dan ditempat yang sederhana”.