Sabtu, 02 April 2016

RESIKO BERAKAL




Aktifitas berfikir merupakan hal yang biasa dan akan selalu kita lakukan dalam kegiatan sehari-hari   begitupun mendengar  kata Akal atau berakal yang  dimana pada  instansi-instasi pendidikan jika kita perna ikut menempu pendidkan di tempat tersebut baik dari SD (Elementary School) SMP (junior high School) dan SMA (Senior high School) hingga samapai pada jenjang unversitas (Student of University/collage) dan akan sering kali di jumpai materi pembelajaran yang berkaitan dengan Mahluk hidup khususnya manusia dan perbedaan-perbdaan apa saja yang ada padanya , perbedaan  mahluk-makluk lainnya di banding manusia  dimana manusia mempunyai ke spesailan tersendiri, baik dari sisi penciptaan dan posisnya di dunia, begitupun ketika kita belajar berbagai ilmu pengetahuian sains seperti biologi, sosiologi, psikologi, antropologi dan lain-lain ilmu-ilmu tersebut memberikan persfektif kepada kita tentang manusia dan keutamaan-keutamaan manusia yang di miliki dibanding dengan ciptaan-ciptaan yang lainnya, lain halnya ketika menilainya dari sudut pandang Agama yang telah menjelaskannya panjang lebar dalam kitab suci  para pengikutnya, tentang keutamaan-keutamaan  manusia dibanding dengan mahluk ciptaan yang lainnya, sehingga  kesimpulannya bahwa semua ilmu merupakan satu kesatuan (holistik) yang mempunyai hubunahnnya masing-masing, akan tetapi di sisi lain ketika kita mempelaji  hal yang berkaitan dengan manusai baik dengan gerak dan aktifitasnya maka akan kita temukan sebuah persoalan-persoalan yang kompleks yang mempunyai hubungan dengan dinamika pemikiran (kognitif), yang akan menciptakan sudut pandang pemikiran yang bebeda  sehingga akan menciptakan  perdebatan-perdebatan Argument  ,  tentunya argument-argument yang telah mereka fahami dengan peroses berfikir mereka masing-masing dan  tentunya juga  tergantung dari tingkat pengetahuan dan pemahamannya atau sejarah keilmuan mereka , bahwa setiap orang dalam menginterpretasikan sesuatu hal sangatlah berbeda sesuai dengan tingkat pengetahuan orang tersebut, bergitupun hal yang sama ketika melihat sejarah-sejarah filosof  yunani (greece) yang dalam versi sejarah pada umumunya bahwa filosof-filosof daratan yunanilah yang terlebih dahulu berfikir tentang alam atau yang melakuakan aktifitas Filsafat (mather of sains) dan juga berfikir tentang  seluruh gejala-gejala yang ada di alam ini tak terkecuali manusia dan pencitanya sekalipun, sehingga ada sebahagian sjarah yang mencatat mengenai filosof yunani kuno adalah  adalah filosof Alam, seprti Thales, Anaximander, Anaximenes, heraclitus dan lain-lain, lain lagi filosof-filosof penerus tradisi berfisafat  mereka yang kita kenal dengan Trio Yunani yakni, Sokrates, Plato, dan  Aristoteles, dimana  mereka adalah silsilah satu guru yang saling membesarkan diri mereka masing-masing karena di antara mereka terdapat pula pertentangan pemikiran yang sangat fundamental di zamannyan,  sehinga dapat di ambil kesimpulan   bahwa setiap zaman pasti terdapat pertentangan pemikiran yang sangat beragam jenisnya tergantung dari konteks zamannya tersebut, begitu pula  dalam keyakinan beragama, sebagai  contoh saja dengan Agama islam yang sangat penuh dengan perbedaan terhadap interpretasi kitab sucinya yaitu Al-quran, dan pemahaman-pemahaman mereka terhadap hadist nabi utusan-NYA dimana telah tertuliskan dalam kitab suci ummat Isalm bahwa ummat Islam  akan di pecah atau di bagi dalam 73 aliran dan golongan, sehingga dapat di ambil kesimpulan bahwa perbedaan adalah sesuatu hal yang mutlak di dunia ini, dan semua itu sangat erat kaitannya  dengan aktifitas manusia itu sendiri  yang di mana akan tetap bergerak (moving), befikfir (kognitif) dan akan terus berdinamika selama manusai masi hidup samapai hari  kiamat, dan begitupun pada agama-agama dan keyakianan ketuhan yang lain,
Inilah kelebihan buat manusai yang juga merupakan musibah buat manusia pula ketika akal yang telah di amanahkan di gunakan hanya untuk kepentinagn obsesinya sebagai manusia yang dapat berpeluang besar sangat dekat dengan kesesatan bertingklaku dan cara berfikir (behaviouring and way of think)  itulah mengapa  dibuatkan kajian ilmiah tetang berfikir yang di kenal oleh tatanan Mahsiswa di perguruan tinggi sebagai Kerangka berfikir ilmiah, yaitu fase-fase pemikiran berfilsafat yang  telah menjadi dasar pemikiran buat insan manusai dalam mengkaji ilmu pengetahuan apaun itu, yang di dalamnya menkaji masalah yakni seperiti kepaan (ontologi) bagaimana seharunya (epistimologi) dan bagaimana seharunya (aksiologi)  yang merupakan kerangka ilmiah yang telah di sepakati dalam membentuk kerangka fikir dalam mengkaji dan mempelajari sesuautu hal,  yang telah menjadi variabel yang telah di sepeakti bahwa pemikiran aka di katakan ilmiah ketika mengikutu system pemikiran yang ilmiah tersebut yang berdasarkan dengan teory ilmiah yang dapat di buktikan dengan kaca mata sintis, tetapi sebagian orang beranggapan lain terhadap hal tersebut ada yang beraggapan bahwa itu hanyalah salah satu cara atau jalan untuk menuju aktiktifitas befikir ilmiah atau yang ideal, itulah yang dinamakan dinamika dalam menginterpretasikan sesuatu, bahwa sejarah mencatat barang siapa yang paling kuat argumennya terhadap suatu hal maka dia yang menang dan dapat di terima oleh masyarakat dan ilmu pengetahuan, dan kita ketahui pada generasi-generasi berikutnya pertentangan pemikiran itu semakin terbuka di mana dengan munculnya berbagai ideologi-ideologi filsafat seperti, Rasionalis (Rein deskartes) Empirisme (Jhon lock) Materialisme (Hagel) Positivisme (Agus teconte) dan  hingga pada zaman pos Moderenisme (Derida)  mereka melihat realitas dengan sudut pandang yang berbeda, inilah gambaran metodologi pemikiran yang bebeda pada setiap aliran-aliran pemikiran atau mazhab yang akan tetap terjadi pertentangan (Dealektika) yang menjelaskan tentang Thesis X anti Thesis = Sintesis yang akan terus berlanjut sampai kapanpun, begitup pada zaman Modern sekarang ini di mana hasil pemikiran itu menghasilkan suatu aliran Ideologi atau system dalam suatu pemerintahan dan di bidang ekonomi seperti  Induvidualisme (Kapitalis) dan Sosialisme (komunis)  yang telah menjadi ideologi kekuatan besar di dunia seperti kita ketahui sejarah perang dunia ke-II yang setelannya perang Ideologi atau perang dingin (Cold War) antara Blog barat (Kapitalisme) dan Blog Timur (Komunisme) yang telah menjadi perang ideologi di masa itu dan sampai dengan zaman sekarang ini, sehingga  puncak perkembangan ilmu pengetahuan di zaman sekarang ini di mana hasil dari dinamaika pemikiran telah dapat di terapkan dalam kehidupan sehari-hari  maka jadilah kehidupan sekarang ini dengan berbagai alat (tools) yang mendukung hidup manusia maka itulah hasil dari aktifitas berfikir yang telah memanfaatkan akalnya  semaksimal mungkin untuk memenuhi kebutuhan manusia di era global sekarng ini,  dimana segala sesuautu telah bersifat mendunia dan dapat di nikmati oleh seluruh manusia di dunia itulah Globalissi yang merong-rong batas setiap Negara yang menjadikan batasan-batasan itu tanpa batas lagi, tetapi itu tidak menjamin kedamaian dan kemakmuran buat manusai di mana telah saya jelaskan tadi di atas selama manusasi masi hidup dan masi berfikir (Akal) maka segala sesuatu dan persoalan sangat mungkin terjadi dan hal itulah yang terjadi dimana-mana dan  akibat dari hasil berfikir manusia itu sendiri pulalah dengan mudah saling menjatuhkan bahkan saling menghilangkan nyawa satu dengan yang lainnya, di negara-negara Berkembang dan di negara maju sekalipun, perang antar negara-negara yang dari dulu sampai dengan zaman sekarng ini masi terus berlanjut adalah sesuatu hal yang bi hal tersebut merupakan hal yang sangat mungkin terjadi karena peluang untuk berperang  sangatlah besar apalagi  telah di dukung oleh alat militer dan pertahan  yang sangat canggih yang di miliki oleh negara-negara di dunia sehingga  peristiwa-peristiwa kemanusiaan dimana-mana sering kali terjadi di belahan dunia manapun di berbagai Negara dan di berbagai tempat, pertanyaannya  apakah ini hasil dari aktifitas berfikir manusia yang telah di anugrahkan kelebihan  berakal, tentunya ini merupakan hasil Positive ketika hasil berfikir itu digunakan untuk kepentingan-kepentingan kemanusian, untuk kemudahan dan mendukung kerja manusia itu harus mendapat apresiasi mengutamakan perdamaian dengan cara Dialog dan Toleransi merupaka jalan terakhir yang seharusnya dapat di tempu oleh manusia sebagai manusia yang berfikir atau berpengetahuan  dan manusai yang beradab,  sebenarnya hal tersebut bukanlah hal yang mustahil untuk diwujutkan ketika ada kemauan yang kuat oleh manusia-manusia yang berilmu dan berakal demi terwujutnya kedamaian di dunia ini. Wassalam...!!!!!!

Tidak ada komentar:

background:#0a58a3; border-bottom:4px solid #1780dd; padding:6px 15px 4px;

Posting Komentar