"Pagiku begini, bait selalu mempesona di lingkaran budiku walau daya melambai mengusap tubuhku agar aku berhenti berkata pada pagi-pagi, Mau apa lagi inilah pagiku, seperti ini aku diawal pagi sebab fikirku daya akan mati meninggalkan budi yang abadi untuk para jasad yang berbudi"
Mensejarahkan diri dengan menulis adalah hadiah dan amanat terakhir, yang takkan ada batasannya . .
Tampilkan postingan dengan label PUISI. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label PUISI. Tampilkan semua postingan
Senin, 02 Januari 2017
Pagi pagi
Sabtu, 27 Agustus 2016
GADIS BERJUBAH
Kita besama di usia belia tanpa tatapan
Waktu membawa kabar masa dewasa
kutebak wajah gadis berjubah sedang menatap memancarkan bahagia di kelopak mata
Lenggok tubuh merayu nampak keindahan cipta
Jangan biarkan jasad ini merana tanpa sentuhan senyum manis
menyejukkan hati
Ku sampaikan, ragaku kaku menyebut kata
Ku diam, hatiku gemetar mananti suara
Kusentuh jasadmu melambai melupakan
Ku coba memadamkan
rasa, akhirnya aku merana
Ku tebar bunyian kata
seksi untuk menyeruh jiwa raga
Ku sapah senyummu harap menusuk rasa
Lalu aku gelisah menanti nama
Ku undang kau memasuki ruang rasa mencontoh kisa cinta
Ali-fatimah
Harap Akhir cerita akan hingga pada masa sumpah Agung
Atau hanya akan mendatangkan musibah rasa pedih lalu air
mata
Tetapi kudengar sabda risalah
jangan putus asamu
sebab jika jasad tak sanggup menatap mesra Jiwa akan
bertermu bersatu dalam kudus"
Masamba 10 juni 2016 Muh.Qadri
SAJAK LUPA
Aku malu pada maha Agung
Merasa larut dalam air secangkir susu,kopi
Putih saatku ingat, pahit terasa saatku ingkar
Kunikmati campuran yang terasa manisnya masa
Tak sadar hingga terbawa dlm jagad penuh rasa sesal raga
Dayaku lumpuh tak mampu membaca karya suci dari maha Agung
Rasaku menjerit dalam jasad memaksa ingkar
Ku harap sudalah gelisah masa ini
Biar aku jauh melepaskan ruhsuci dari jasad
Lakuku sial tergiring
Sebab sesalku tiada waktu tuk padam
hanya menunggu jadwal bercinta pada kesucian Agung
Harap akhir dapat bersuka cita walau duka
Muh.Qadri
NEGERI 1/2 HATI
Antara Nusantara
Ratusan tahun penuh sesak,duka
lalu bernafas lega
tapi kini Negara rapuh bersama
letusan-letusan emas,nikel,gas, batu bara
Rakyat meraba pada setiap jengkal
sawah,ladang,laut menanti harap
Nelayan, petani menggarap limbah
kontrak negara
Ladang takkunjung basah, sungai,
laut takkunjung berbau amis
Sudahlah, hentikanlah kata negeri
kaya
Sebab sumpah janji telah tenggelam di
perut-perut gedung negara
Lalu apa kabar sahabtku di gedung
produksi, masihkah engkau buruh???
Hahahah... Kita berada pada nasi
yang sama
Duka takkunjung pulang
Merdeka takkunjung datang
Jajasahan dari negeriku mencipta
lara
MALU AKU MALU
Aku malu saat aku mulai berkata malu
Malu setiap waktu aku lupa
Malu saat ku sadar aku lupa
Malu ketika setiap tarikan nafas
Malu aku berjalan tanpa jalanmu
Malu aku merasakan Malu aku membayangkan sempurnamu
Malu merasa baik, sehat, kuat
Malu saat merasa tahu tetapi tak tahu
Malu aku dengan lakuku aku bertambah malu sedang menulis
setiap sajak
malu Malu mendengar sajakmu tanpa rasa Malu
saat mengucap pinta menyebutpun aku malu lalu lupa
Malu saat hadir di setiap ritual suci perintah langit
Sebab maluku Tak mampu bersandar Pada pemangku Agung yang
tak mengenal malu.
Makassar 20 juli 2016
Muh.Qadri
GENERASI KAKU
Nyawa bertebaran disetiap putaran bintang siang, malam
Saat turunnya ibu dan ayah di pangkuan ibu pertiwi
Manusia hidup menembus kisahnya
bangsa-bangsa menjelasjah mencari suapan peradaban
Manusia datang dan pergi bertabur makam
Gerakan kuasa mengcur deras membawa berita
Zaman berkat tangan
manusia
Melebur masa lalu membesarkan masa depan
Hingga manusia terbawa tanpa pijakan, mata, hati fikiran
Budaya mati mencipta budaya kemartian
Tentang kemajuan, kekaayan, kemudahan
Tetapi manusia sekarang tak sanggup melihat, mendengar,
merasa ungkapan tulus masa lalu Sebab malu berada pada Tatapan sempit ujung
bulu mata
maju ketika punya
segala jenis cipta
Sejahtra ketika hidup
tanpa bau busuk dan kumuh
Lalu pesan-pesan lalu menjauh
Berita baru bertebaran di setiap kepala
Hingga tak tahu pijakan
Makassar 26 juli 2016
Muh Qadri
Langganan:
Postingan (Atom)