Sabtu, 27 Agustus 2016

Resume film uang panai’





Film lokal sulawesi selatan di tahun ini sedang naik daun dan mengalami peninggakatan yang cukup signifikan di awali dengan dengan munculnya berbagai judul film lokal seperti badik titipan ayah, CINTA (cindolo natape) BOMBE’ 1 dan 2 dan film-film lokal lainnya, ini merupakan bukti mulai meningkatnya kreatrifitas generasi muda  Sulawesi selatan dalam merespon zaman yang terus berkembang termasuk dalam dunia perfilman, pada pertengahan bulan ini lagi-lagi generasi muda Sulawesi Selatan suskses memperersembahkan film yang bernuansa lokal dan  penuh kontoversional, film tersebut   memberi sedikit gambaran tentang isu budaya yang kerap kali menjadi buah bibir dan hal kontrovesi pada masyarakat Sulawesi Selatan yakni persoalan uang panai’, uniknya film tersebut juga menggunakan accent (logat ) khas masyarakat Bugis Makassar besrta dengan istilah-istilah lokal lainnya,  film Uang Panai’ yang serentak ditayangkan secara Nasional tangga 25 Agustus 2016  di 21 Kabupaten/kota seluruh Indonesia,. Film tersebut juga melakonkan sebuah aksi haru oleh para pemerannya, ketika menonton film tersebut kita akan merasa penuh haru melihat perjuangan Anca (pemeran utama  laki-laki) dalam mengumpulkan uang panai’ yang ia lalu penuh dinamika dan pengorbanan panjang demi memenuhi keinginannya untuk melamar gadis pujaanya Risna (pemeran utama wanita) tetapi niatnya untuk melamar Risna terkendala oleh orang tua Risna yang memberikan nominal sangat tinggi  untuk unag panai’ Risna yang harus Farhan penuhi, film tersebut juga melakakonkan aksi lucu  yang banyak memantik tawa untuk syapa saja yang menontonnya, sebab di di perankan oleh aktor-aktor kocak seperti sosok Tumming dan Abu yang sebelumnya telah populer dan menjadi seleberiti lokal dengan aksi  kocaknya di media social dan sebab kita juga di suguhi dengan logat Makassar yang sangat unik ketika di tuturkan dalam seluruh dialog dalam  film tersebut.

Setelah menonton film tersebut ada beberapa kesimpulan yang dapat kita petik dari cerita film itu seperti bahwa suatu budaya perlu adanya konteks tualisasi terhadap perkembangan zaman dan juga pengkajian secara mendalam terhadap suatu budaya tersebut, sebab suatu budaya hadir beserta dengan sakralitas, nilai dan moral yang melampaui ranah materil yang ada, termasuk dalam budaya bugis Makassar yakni uang panai’, ketika kita telisik dari sejarah masyarakat Sulawesi Selatan berkaitan dengan uang panai’ berdasarkan sumber lisan lisan masyarakat menyebutkan bahwa uang panai’ dulunya adalah sebuah bentuk penghormatan kepada seorang wanita yang segera akan dinikahi, itulah bentuk perlindungan emansipasi kepada seorang wanita bugis Makassar yang dimaknai memiliki kemulyaan khusus  pada lingkungan  masyarakat Bugis Makassar pada saat itu,dan juga sebagai bukti kesucian agung sebuah pernikahan, mernurut ajaran Islam sendiri yang banyak di anut oleh masyarakat Bugis Makassar bahwa salah satu hal yang paling utama dalam proses pernikahan ialah Mahar bukan uang panai’ sehingga yang menjadi salah satu  prasyarat sahnya sebuah pernikahan adalah Mahar bukan uang panai’, mahar sendiri tidak perna jelas nominalnya dan bisa dalam bentuk apa saja, baik emas, uang, dll, tergantung kesanggupan sang calon mempelai laki-laki,   uang panai’ adalah konstruk budaya masyarakat bugis Makassar yang hadir sebelum agama Islam dianut oleh mayoritas masyarakat Bugis Makassar, dan menjadi tradisi dari generasi ke genarasi sehingga budaya tersebut  kehilangan  subtansi dan terjadinya  pergeseran makna luhurnya sebab budaya tersebut kadang kala telah menjadi tren dan label terhadap meningkatnya kelas social dan seakan-akan menyebar kepada seluruh tingkatan masayarakat di beberapa daerah di selawasi selatan, budaya tersebut seharusnya di pandang bukan sebuah kewajiban jika terdapat sebuah  kondisi yang tidak memungkingkan untuk di penuhi dan baiknya budaya uang panai ‘di beberapa budaya di Sulawesi Selatan dilakukan dengan   tanpa menyebut nominal telalu tinggi yang harus sanggupi.

Film uang panai’ juga memberikan gambaran tegunya prinsip hidup masyarakat bugis Makassar dalam memegang teguh ucapannya dan rasa tanggung jawab dalam terhadap setiap tindakan yang dilakukannya serta tingginya posisi harga diri dalam masyarakat,  seperti pada semboyan siri’ na’ pacce (harga diri) yang umumnya menjadi nilai universal masyarakat sulawesi selatan yang memegang teguh adat, kemulyaan, dan nama baik dalam masyarakat, Taro Ada Taro Gau yang artinya” seia antara ucapan dan perbuatan”, Konsistensi terhadap  perbuatan dengan apa yang telah dikatakan, Kualleangi Tallanga Natowalia yang artinya “Sekali Layar Terkembang Pantang Biduk Surut Ke Pantai” Namun arti sebenarnya kata “Kualleangi Tallanga Natowalia” adalah “Lebih Kupilih Tenggelam”, semboyan tersebut memiliki makna kekuatan semangat untuk tetap berjuang terhadap tujuan atau keinginan walau nyawa yang akan menjadi taruhannya. Bebarapa semboyan tersebut seharusnya menjadi etika, nilai dan  prinsip hidup dalam kehidupan social kultural, social politik dan ekonomi masyarak sulawesi selatan dan Bugis Makassar khususnya. 

1 komentar:

  1. saya ibu irma seorang TKI DI SINGAPURA
    pengen pulang ke indo tapi gak ada ongkos
    sempat saya putus asah apalagi dengan keadaan susah
    gaji suami itupun buat makan sedangkan hutang banyak
    kebetulan saya buka-bukan internet mendapatkan
    nomor MBAH SERO katanya bisa bantu orang melunasi hutang
    melalui jalan TOGEL dengan keadaan susah terpaksa saya
    hubungi dan minta angka bocoran SINGAPURA
    angka yang kemarin di berikan 4D yaitu 6377 TGL 01-09-2016
    ternyata betul-betul tembus 100% alhamdulillah dapat Rp.250.juta
    bagi saudarah-saudara di indo mau di luar negeri
    apabila punya masalah hutang sudah lama belum lunas
    jangan putus asah beliau bisa membantu meringankan masalah
    ini nomor hp -> (-082-370-357-999-) MBAH SERO
    demikian kisah nyata dari saya tampah rekayasa
    atau silahkan buktikan sendiri..

    BalasHapus