Sabtu, 27 Agustus 2016

GADIS BERJUBAH



Kita besama di usia belia tanpa tatapan
Waktu membawa kabar masa dewasa
kutebak wajah gadis berjubah sedang menatap memancarkan bahagia di kelopak mata
Lenggok tubuh merayu nampak keindahan cipta
Jangan biarkan jasad ini merana tanpa sentuhan senyum manis menyejukkan hati
Ku sampaikan, ragaku kaku menyebut kata
Ku diam, hatiku gemetar mananti suara
Kusentuh jasadmu melambai melupakan
 Ku coba memadamkan rasa, akhirnya aku merana
 Ku tebar bunyian kata seksi untuk menyeruh jiwa raga
Ku sapah senyummu harap menusuk rasa
Lalu aku gelisah menanti nama
Ku undang kau memasuki ruang rasa mencontoh kisa cinta Ali-fatimah
Harap Akhir cerita akan hingga pada masa sumpah Agung 
Atau hanya akan mendatangkan musibah rasa pedih lalu air mata
Tetapi kudengar sabda risalah
jangan putus asamu
sebab jika jasad tak sanggup menatap mesra Jiwa akan bertermu bersatu dalam kudus"


Masamba 10 juni 2016 Muh.Qadri

SAJAK LUPA



Aku malu pada maha Agung
Merasa larut dalam air secangkir susu,kopi
Putih saatku ingat, pahit terasa saatku ingkar
Kunikmati campuran yang terasa manisnya masa
Tak sadar hingga terbawa dlm jagad penuh rasa sesal raga
Dayaku lumpuh tak mampu membaca karya suci dari maha Agung
Rasaku menjerit dalam jasad memaksa ingkar
Ku harap sudalah gelisah masa ini
Biar aku jauh melepaskan ruhsuci dari jasad
 Lakuku sial tergiring Sebab sesalku tiada waktu tuk padam
hanya menunggu jadwal bercinta pada kesucian Agung
Harap akhir dapat bersuka cita walau duka

Muh.Qadri

NEGERI 1/2 HATI



Antara Nusantara
Ratusan tahun penuh sesak,duka lalu bernafas lega
tapi kini Negara rapuh bersama letusan-letusan emas,nikel,gas, batu bara
Rakyat meraba pada setiap jengkal sawah,ladang,laut menanti harap
Nelayan, petani menggarap limbah kontrak negara
Ladang takkunjung basah, sungai, laut takkunjung berbau amis
Sudahlah, hentikanlah kata negeri kaya
 Sebab sumpah janji telah tenggelam di perut-perut gedung negara
Lalu apa kabar sahabtku di gedung produksi, masihkah engkau buruh???
Hahahah... Kita berada pada nasi yang sama
Duka takkunjung pulang
Merdeka takkunjung datang
Jajasahan dari negeriku mencipta lara

MALU AKU MALU



Aku malu saat aku mulai berkata malu
Malu setiap waktu aku lupa
Malu saat ku sadar aku lupa
Malu ketika setiap tarikan nafas
Malu aku berjalan tanpa jalanmu
Malu aku merasakan Malu aku membayangkan sempurnamu
Malu merasa baik, sehat, kuat
Malu saat merasa tahu tetapi tak tahu
Malu aku dengan lakuku aku bertambah malu sedang menulis setiap sajak
malu Malu mendengar sajakmu tanpa rasa Malu
saat mengucap pinta menyebutpun aku malu lalu lupa
Malu saat hadir di setiap ritual suci perintah langit
Sebab maluku Tak mampu bersandar Pada pemangku Agung yang tak mengenal malu.


Makassar 20 juli 2016
Muh.Qadri

GENERASI KAKU



Nyawa bertebaran disetiap putaran bintang siang, malam
Saat turunnya ibu dan ayah di pangkuan ibu pertiwi
Manusia hidup menembus kisahnya
bangsa-bangsa menjelasjah mencari suapan peradaban
Manusia datang dan pergi bertabur makam
Gerakan kuasa mengcur deras membawa berita
 Zaman berkat tangan manusia
Melebur masa lalu membesarkan masa depan
Hingga manusia terbawa tanpa pijakan, mata, hati fikiran
Budaya mati mencipta budaya kemartian
Tentang kemajuan, kekaayan, kemudahan
Tetapi manusia sekarang tak sanggup melihat, mendengar, merasa ungkapan tulus masa lalu Sebab malu berada pada Tatapan sempit ujung bulu mata
 maju ketika punya segala jenis cipta
 Sejahtra ketika hidup tanpa bau busuk dan kumuh
Lalu pesan-pesan lalu menjauh
Berita baru bertebaran di setiap kepala
Hingga tak tahu pijakan

 Makassar 26 juli 2016
Muh Qadri

NEGERI PARA PELACUR

Letusan bom, senjata kembali menyebar lesuh, derita, kematian 
Lihatlah Pendidikan mencipta pelacur tanah 
Pertanian tergiring pedih terenggut pusaran harta 
Tambang membara memberangus lidah pelosok negeri 
Kita lupa tanah, lupa nama, lupa darah, lupa masa beradu senjata 

Pemimpin datang dan pergi tanpa sepucuk kata
 Ku cari setempuk sejarah beserta nama-nama penuh keringat darah 
Lalu ku baca bait juang penuh darah membarah diujung runcing 
Aku tersungkur menatap nyata, Dosa menenggelamkan ingatan kebebasan 
Sebab noda pelacur-pelacur tanah 
Diri tejual hanya dengan tinta hitam 
Hingga keramaiaan jalan, sungai mengerumuni bak semut tanpa harta 
tanah Sawah, Ladang, terserang hama kesunyian Ikan laut menatap gelap menanti kawan lama 
jangan katakan sabar diantara mereka 
Sebab Sabda mengutuk sujud, pasrah Izikan Nafas suci menghembus riang lalu dengar nyanyian suci Menghantarakan ruh juang kembali kemasa lalu tuk masa depan sebut saja Revolusia"

 Makassar 28 Juni 2016
 Muh.Qadri