Kamis, 18 Juli 2019

Prilaku Barbar di Media Sosial

Media sosial adalah sebuah kata yang populer sangat populer di abad ini, (wikipedia.org) definisi dari sosial media ialah  layanan jejaring sosial adalah layanan dalam jaringan, platform, atau situs yang bertujuan memfasilitasi pembangunan jaringan sosial atau hubungan sosial di antara orang-orang,  situs media sosial yang pertama ialah Sixdegrees.com mulai muncul pada tahun 1997, kemudian facebook merajai persaingan di awal munculnya di tahun 2006 dan kemunculan Twitter dan Instagram di tahun 2010 lalu, WhatApp  dan masih banyak media sosial yang baru hadir belakangan ini dengan platform yang bermacam-macam yang akan menambah hiruk pikuknya pembahasan tentang media sosial.

Media sosial tidak terlepas dari konsep yang disebut sebagai revolusi Industri 4.0 konsep ini  pertama kali digunakan di publik dalam pameran industri Hannover Messe di kota Hannover, Jerman di tahun 2011
Menurut Wikipedia.com, industri 4.0 merupakan nama tren otomasi dan pertukaran data terkini dalam teknologi pabrik. Istilah ini mencakup sistem siber-fisik, internet untuk segala, komputasi awan, dan komputasi kognitif. Namun secara garis besar, revolusi industri 4.0 merupakan integrasi antara dunia internet atau online dengan dunia usaha atau produksi di sebuah industri. Artinya, semua proses produksi ditopang dengan internet. Dari peristiwa ini juga sebetulnya ide Industri 2.0 dan Industri 3.0 baru muncul, sebelumnya cuma dikenal dengan nama Revolusi Teknologi , Revolusi Digital dan Revolusi Industri 1.0 yang mengawali Revolusi Sosial, Politik dan Ekonomi dunia.

Fenomena Sosial Media Di Indonesia Saat ini

Fenomena media sosial di Indonesia mendapat respon positif oleh masyarakat luas dari berbagai latar belakang profesi dan  usia seperti para remaja yang masih sekolah  para Politisi dan Aktris yang memanfaatkan media sosial baik sebagai sekedar informasi,ajang promosi, hingga demi mingkatkan popularitas dan elektabilita apalagi sekarang ini lagi ngetrennya atris  Youtubers yang berpenghasilan ratusan juta perbulannya.

Media sosial belakangan ini menjadi life style bagi masyarakat umum, semua aktifitas  keseharian masyarakat bayak memanfaatkan sosail media dari aktivitas Shopping, Marketing, Promoting, Travelling, hingga persoalan intim sekalipun dan bahkan kampanye politik.

nah yang menarik untuk dibahas belakangan ialah  kampaye di media sosial, lihat saja timeline, branda sosial media anda tidakkah dipenuhi oleh berita seputaran kampaye politik? masih ingatkah kita dengan kasus mantan Gubernur DKI Jakarta  Ahok atas penistaan Agama dalam pidatonya,   kasus tersebut memantik aksi besar-besaran ummat muslim di indonesia yang dilaksanakan berjilid-jilid, pernahkah kita sadar bahwa peristiwa tersebut tidak akan  besar dampaknya tanpa sosial media? sangat banyak informasi hoax, ujaran kebencian dan konten SARA yang memenuhi medsos kita kala itu, Dan pada  akhirnya dalam pilgub DKI Jakarta Ahok kalah dan beberapa bulan selanjutnya Ahok didakwa 3 tahun penjara atas pidatonya yang dinilai menista agama Islam. Tidak kita pungkiri  Pilgub DKI berimplikasi pada atmosfir politik nasional yang mulai mengikuti arus yang sama hal yang sama terjadi pada Pemilu khusunya Pilpres kali ini.

Jagad maya belakangan ini sangat gaduh, konten-kontenya  didominasi pembahasan  mengenai Pilpres 17 April 2019. Pertanyaanya mengapa media sosial menjadi ajang kampaye oleh Capres, Timses dan relawannya? Jawannya simpel saja medsos merupakan instrument kampaye yang sangat murah meriah hanya bermodalkan gedget (smartphone), kuota, dan jaringan internet semua item dan informasi kampanye bisa di akses dan disebar oleh semua pengguna sosmed dengan mudah dan cepat, apakah ini kampaye di sosmed sukses menggaet suara pemilih? Itu tergantung konten dan framming yang ditawarkan oleh setiap capres, kampaye Pilpres di sosmed memang berpotensi sangat menguntungkan sebab  berdasarkan hasil riset  Wearesosial Hootsuite yang dirilis Januari 2019 pengguna media sosial di Indonesia mencapai 150 juta atau sebesar 56% dari total populasi. Jumlah tersebut naik 20% dari survei sebelumnya. Sementara pengguna media sosial mobile (gadget) mencapai 130 juta atau sekitar 48% dari populasi. Jika dari 130 juta akun pengguna Sosmed tersebut merupakan akut asli bukan akut robot atau palsu bukankan kampaye di sosmed merupakan ladang basah buat politisi yang ingin meningkatkan elektabilitas politik elektoralnya.

Data yang sama dirilis oleh Asossiasi Jasa Pelayanan internet Indonesia (APJII) menyebutkan sebanyak 143,26 juta dari total 262 juta orang Indonesia kini sudah bisa mengakses internet dan umumnya didominasi oleh generasi milenial. Dari jumlah tersebut ditemukan populasi penggunaan media sosial dengan klasifikasi  Whatsapp, Line, We Chat dan lain-lain sebesar 89,35%. Dan sosial media 87,13% untuk upload di Facebook, Instagram, Twitter dan lain-lain,

Pilpres Dan Perilaku Barbar Di Media Sosial

Pilpres 2019 kali ini tidak jauh berbeda dengan Pilpres 2014 lalu bedanya tensinya naik hingga memecahkan pembulu darah, pilpres 2014 lalu pertarungannya hanya memperebutkan kursi presiden sebelumnya, kali ini bedanya  2014 terulang kembali (remach) antara Jokowi sebagai Petahan  dan Prabowo  oposisi, jokowi sebagai petahana memiliki segudang data prestasi yang telah dicapai selama 5 tahun pemerintahannya dan Prabowo sebagai kubu oposisi juga memiliki sejuta data mengenai kegagalan rezim jokowi itu dapat kita simak bagaimana konfrontasi di meja debat timses kedua bela pihak dan beberapa debat  Pilpres  yang disiarkan oleh bayak siaran TV  Swasta, ditambah lagi suhu panas sosmed semakin hari semakin meninhkag mendekati hari H pemilihan 17 April 2019 nanti.

Pilpres dimedia sosial sendiri mengalami gejala yang berberda timses dan relawan masing-masig kubu menyerang dengan bias tanpa terkendali lagi, bentuk serangannya bermacam-macam dari yang base on data hingga informasi hoax, fitnah, ujaran kebencian dan yang berbau SARA, tidak sedikit dari pengguna sosmed yang terjerat UU ITE tentang transaksi elektronik, di sebabkan salah satu kubu capres  merasa dirugikan terhadap suatu  postingan yang diindikasi mengandung hoax, ujaran kebencian, pencemaran nama baik dan berbau SARA seperti yang mencerat musisi senior Ahmad Dhani yang juga merupakan timses Prabowo-Sandi, kasus Pelontaran Kata Idiot Kepada Kelompok Penolak Deklarasi 2019 Ganti Presiden, Polda Jawa Timur menetapkan Ahmad Dhani sebagai tersangka kasus pencemaran nama baik. Ahmad Dhani dilaporkan Koalisi Bela NKRI karena dalam vlog menyebut kelompok penolak deklarasi 2019 Ganti Presiden di Surabaya pada 26 Agustus lalu dengan kata-kata Idiot Kata-kata 'idiot' diucapkan Dhani saat ia nge-vlog di lobi Hotel Majapahit Surabaya. Dan masih banyak kasus hukum lainnya menyangkut postingan, unggahan vlog di medsos. (kompas.com.21/11/18)

Pilpres di medsos bagaikan pertarungan barbar antara dua kubu tanpa wasit  dan aturan, banyak bahasa-bahas profokasi, penghinaan, ujaran kebencian yang selalu akan di dapatkan pada postingan atau komentar yang tidak bepihak kesalah satu kubu, bahasa yang dilontarkan bukan main-main bahasa  yang konotasinya negatif, seperti PKI, Munafiq, Atheis, Kafir, kampret, cebong, dungu, t*lol, An*ing, antek asing dan masih banyak bahasa yang tidak layak dan tidak elok diucapkan dalam dunia dimana semua orang mampu mengaksesnya.

Kemudahan kases informasi melalu sosial media tidak dimbangi oleh para penggunanya dengan lebih bijak, banyak pengguna medsos yang ceroboh, garang di dunia maya (sosmed) tetapi ciut di dunia nyatata. Banyak peristiwa-perisitwa di pilpres kali ini sangat mencabik-cabik kebinekaan kita sebagai sebuah bangsa, dimana prinsip welas asih, kesopanan, kesetia kawanan, gotong royong, toleransi sebagai warisan suci leluhur kini ditanggalkan oleh generasi milenial katanya ?

Rekonsoliasi Pasca Pilpres

Pertemua Jokowi dan Prabowo beberapa hari lalu, kata selamat dari Prabowo harusnya dibaca bukan hanya sebagai intrik politik tetapi merupakan isyarat menyudahi segala pertikaian yang ada setelah pilpres saatnya kita merekonsoliasi diri dan hati kita kembali pada bhineka tunggal ika, hindari perdebatan yang tidak bermuara pada hal yang solutif untuk kita, Negara dan pemimpin kita, berjabattangan dan menyapalah seperti biasa pilpres telah usai, mulailah merajut kembali benang-benang yang dulu renggang sebab 01 dan 02 kini hanya ada Garuda Pancasila.

Sudah saatnya kemudahan segala akses hari  kita respon dengan positif dan bertindak dengan positif pula, jangan biarkan emosi kita dipermainkan oleh orang-orang yang memilik kepentingan dibalik semua informasi yang belum tentu kebenarannya, sehingga kita harus auto kritik tentang perlunya kita memperkaya literasi, memfilter, mengkonfirmasi (Tabayyun) dan recheck dan recheck segala informasi yang didapatkan melalui internet atau medsos informasi apapun itu. Jadialah User yang bijak dalam meyikapi cerdas dalam menjejahi,  smatphone for Smart people.

Muh. Qadri
Penggiat Kehidupan Damai.

Jumat, 05 April 2019

Dosa Sosial

Dosa yang paling besar dan dampaknya sangat besar adalah dosa social, dosa sesama manusia, dosa kepada masyarakat/rakyat, dosa terhadap petani,nelayan, buruh, orang  miskin, anak jalanan,gelandangan, guru terhadap muridnya dan sebaliknya, pemimpin terhadap rakyatnya dan sebaliknya, penggusuran, perampasan hak, penindasan golongan terhadap golongan lainnya, membenci, mencela,  ,mengkafirkan...

Maka kita wajib merawat hubungan kita sesama manusia tanpa mempersoalkan persoalan SARA (agama, suku, ras , dan Budaya) menempatkan setiap manusia pada posisi terhormat, menjaga harmonisasi hidup, menolak rasisme, terorisme, radikalisme, eksrimisme, liberalisme buta, individualisme buta, menolak segalabentuk perpecahan mengatas namakan apapun itu,

Menjadikan  ajaran-ajaran Agama yang suci dan pancasila sebaga prinsip hidup dalam berbangsan dan Bernegara untuk tetap menjaga kebinekaan...

Maka Saya secara pribadi meminta maaf jika saya mempunyai dosa sosial!!!